Indeks

Indonesia Masuk Jajaran Negara dengan Penderita TBC Terbanyak

Ilustrasi Batuk

TBC atau tuberkulosis adalah salah satu penyakit paling umum yang sering kita dengar. Layaknya flu, ternyata TBC juga bersifat menular yang disebabkan infeksi bakteri.

Sayangnya, Indonesia termasuk dalam tiga negara teratas dengan penderita TBC terbanyak di dunia setelah India dan China.

Kabupaten bogor sendiri menjadi daerah dengan penderita cukup banyak. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) pada tahun 2022 tercatat hampir 8.000 kasus, sedangkan tahun 2023 ada 6.500 kasus.

Untuk tahun 2024 baru tercatat sampai bulan Februari sebanyak 1.000 kasus lebih di Kabupaten Bogor.

Apa itu Tuberkulosis?

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang, dan otak.

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang paling berbahaya di dunia dan dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan tepat.

Gejala TBC

Ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, bakteri ini dilepaskan ke udara dan dapat dihirup oleh orang lain. Risiko penularan lebih tinggi di tempat-tempat dengan kepadatan penduduk tinggi, sanitasi yang buruk, atau akses terbatas terhadap layanan kesehatan.

Gejala TBC bisa bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Gejala umum meliputi:

  • Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
  • Batuk berdarah atau dahak berdarah
  • Demam, terkadang disertai keringat malam
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • Kelelahan yang berlebihan
  • Nafsu makan menurun
  • Nyeri dada

TBC bisa sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Bila anda merasa mengalami sebagian gejala di atas, segera datang ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan.

Obat Penyakit TBC di Apotek

Meski anda bisa membeli obat di apotek, sebaiknya anda berkonsultasi lebih dulu dengan dokter. Apalagi jika anda mempunyai riwayat penyakit tertentu sehingga butuh penanganan khusus.

Di Kota Bogor terdapat organisasi ahli farmasi bernama PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) pafibogorkab.org. Mereka telah “menyortir” obat-obatan yang beredar di apotek, termasuk obat dari tuberkulosis.

Dokter akan membantu mengelola penggunaan obat TBC untuk menghindari resistensi obat. Resistensi obat bisa terjadi jika obat-obatan tidak digunakan dengan tepat atau tidak selesai dikonsumsi.

Berikut adalah beberapa obat TBC yang paling efektif dan tersedia di apotik, yang diresepkan oleh dokter untuk mengobati tuberkulosis:

#1 Pro TB 4

Obat kombinasi yang mengandung rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol. Ini digunakan untuk mengobati TBC dan infeksi bakteri Mycobacterium tertentu. Dosis dan aturan pakai harus sesuai dengan resep dokter dan berat badan pasien.

Pro TB 4 dapat menyebabkan beberapa efek samping, seperti mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gatal-gatal. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami efek samping yang parah.

#2 Isoniazid

Isoniazid adalah antibiotik yang digunakan untuk meredakan gejala TBC. Biasanya dikombinasikan dengan obat antibiotik lain untuk pengobatan TBC aktif dan laten. Dosis umumnya 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal sekali tiap harinya.

Isoniazid bekerja dengan cara mengganggu dinding sel bakteri penyebab TBC, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Dinding sel sangat penting untuk melindungi bakteri dari lingkungan luar.

#3 Rifampicin

Rifampicin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati TBC. Biasanya dikombinasikan dengan obat antibiotik lain. Dosis umumnya 10-20 mg/kgBB sebagai dosis tunggal sekali tiap harinya.

Rifampicin bekerja dengan cara mengganggu kemampuan bakteri untuk membuat protein. Protein sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri.

#4 Pyrazinamide

Pyrazinamide adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TBC). Obat ini tidak boleh digunakan untuk mengobati infeksi bakteri lainnya.

Obat ini menurunkan pH di dalam bakteri, sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang biak.

#5 Ethambutol

Antibiotik yang digunakan untuk membantu pengobatan TBC. Dalam bentuk tablet dengan kandungan 500 mg. Dosis anjuran adalah 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal sekali tiap harinya.

Ethambutol digunakan untuk mengobati TBC, terutama bila diduga telah terjadi resistensi terhadap obat lain. Obat ini biasanya dikombinasikan dengan beberapa antibiotik lain seperti rifampicin, isoniazid, dan pyrazinamide untuk menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis.

#6 Sanazet

Obat yang mengandung pyrazinamide 500 mg. Sanazet bekerja dengan cara menurunkan pH di dalam bakteri TBC. Penurunan pH ini membuat lingkungan di dalam bakteri menjadi tidak nyaman dan tidak memungkinkan bakteri untuk hidup dan berkembang biak.

Selain itu, Sanazet juga menghambat sintesis protein pada bakteri TBC. Protein sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri.

#7 Rifamtibi

Rifamtibi digunakan sebagai bagian dari terapi kombinasi untuk pengobatan TBC. Ini juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit lain seperti lepra dan beberapa infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri. Rifampicin bekerja dengan cara membunuh bakteri dan mencegah infeksi lebih lanjut.

Rifamtibi tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap rifampicin atau obat sejenis, serta pada pasien dengan gangguan hati yang berat.

Semua obat ini harus dikonsumsi sesuai anjuran dokter dan harus dikombinasikan untuk hasil terapi yang lebih efektif.

Sembuh dari TBC tidak semata-mata bergantung pada konsumsi obat-obatan, tetapi juga memerlukan pemantauan dokter untuk memastikan pengobatan yang efektif dan menghindari komplikasi.

PAFI Kabupaten Bogor

Persatuan Ahli Farmasi Indonesia

PAFI (pafibogorkab.org) berkomitmen untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bogor. Organisasi ini bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi profesi lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan profesional kepada masyarakat.

Organisasi ini berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan di daerah terkait. Mereka menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti webinar dan pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati TBC.

PAFI berkontribusi dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC di Kabupaten Bogor. Organisasi ini bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TBC, mengadakan vaksinasi BCG, dan memberikan informasi tentang kefarmasian melalui media sosial.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki beban TBC yang tinggi. Peningkatan kasus TBC di kota ini disebabkan oleh perbaikan sistem deteksi dan pelaporan. Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC di Indonesia hanya mencapai 40-45% dari estimasi kasus TBC, tetapi dengan perbaikan sistem, jumlah kasus yang ditemukan meningkat menjadi lebih dari 724.000 kasus pada 2022 dan 809.000 kasus pada 2023

 

Exit mobile version